Dewa 19 adalah sebuah grup musik yang dibentuk pada tahun 1986 di
Surabaya, Indonesia. Grup ini telah beberapa kali mengalami pergantian
personil dan saat ini beranggotakan Ahmad Dhani (kibor), Andra Ramadhan
(gitar), Elfonda Mekel (vokal), Yuke Sampurna (bass) dan Agung Yudha
(drum). Setelah merajai panggung-panggung festival di akhir era 1980-an,
Dewa 19 kemudian hijrah ke Jakarta dan merilis album pertamanya di
tahun 1992 di bawah label Team Records.
Grup ini telah meraih kesuksesan sepanjang dekade 1990-an dan 2000-an
melalui serangkaian lagu-lagu bergenre pop dan rock. Album yang mereka
rilis nyaris selalu mendapat sambutan bagus di pasaran, bahkan album
mereka yang dirilis tahun 2000, Bintang Lima, merupakan salah satu album
terlaris di Indonesia dengan penjualan hampir 2 juta keping. Pada tahun
2005, majalah Hai menobatkan Dewa 19 sebagai band terkaya di Indonesia
dengan pendapatan mencapai lebih dari 14 milyar setahun. Di tengah
kesuksesan yang diraihnya, grup ini sempat beberapa kali tersandung
masalah hukum, termasuk masalah pelanggaran hak cipta dan perseteruan
dengan ormas Islam.
Sepanjang perjalanan kariernya, Dewa 19 telah menerima banyak penghargaan, baik BASF Awards
maupun AMI Awards. Mereka juga pernah meraih
penghargaan LibForAll Award di Amerika Serikat atas kontribusi mereka
pada upaya perdamaian dan toleransi beragama. Pada tahun 2008, Dewa 19
masuk ke dalam daftar "The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar
Sepanjang Masa" oleh majalah Rolling Stone. Dewa diakui sebagai salah
satu legenda atau ikon terbesar dalam sejarah musik populer Indonesia.
AWAL PEMBENTUKAN
Dewa pertama kali dibentuk pada tahun 1986 oleh empat orang siswa SMP
Negeri 6 Surabaya. Nama Dewa merupakan akronim dari nama mereka
berempat: Dhani Ahmad (keyboard, vokal), Erwin Prasetya (bass), Wawan
Juniarso (drum) dan Andra Junaidi (gitar). Mereka memiliki markas tempat
berlatih di rumah Wawan di Jalan Darmawangsa Dalam Selatan No. 7, yang
terletak di komplek Universitas Airlangga.
Dewa yang awalnya muncul dengan musik yang lebih pop, kemudian berubah
haluan menjadi jazz setelah Erwin memperkenalkan musik jazz ke grup ini.
Wawan yang merupakan penggemar berat musik rock kemudian memutuskan
keluar pada tahun 1988 dan bergabung dengan Outsider yang antara lain
beranggotakan Ari Lasso. Posisi Wawan kemudian digantikan oleh Salman
dan nama Dewa pun diubah menjadi Down Beat, yang diambil dari nama
majalah jazz terbitan Amerika Serikat. Di kawasan Jawa Timur dan
sekitarnya, nama Down Beat waktu itu cukup terkenal, terutama setelah
berhasil merajai panggung festival. Sebut saja Festival Jazz Remaja
se-Jawa Timur, juara I Festival band SLTA '90 atau juara II Jarum Super
Fiesta Musik.
Ketika nama Slank berkibar Wawan kembali dipanggil untuk menghidupkan
Dewa, dengan mengajak pula Ari Lasso. Nama Down Beat pun berubah menjadi
Dewa 19, karena waktu itu rata-rata usia personelnya 19 tahun. Kali
ini, Dewa 19 hadir dengan mencampuradukkan beragam musik jadi satu: pop,
rock, bahkan jazz, sehingga melahirkan alternatif baru bagi khasanah
musik Indonesia saat itu.
Salah seorang teman sekelas Wawan, Harun ternyata tertarik pada konsep
tersebut dan menawarkan investasi sebesar Rp 10 juta untuk memodali
teman-temannya membuat master rekaman. Karena di Surabaya tidak ada
studio yang memenuhi syarat, mereka terpaksa pergi hijrah ke Jakarta
meskipun dengan modal yang pas-pasan.
1992–1994: Album perdana dan kesuksesan awal
Dewa 19 menyelesaikan pembuatan master album perdana mereka di Jakarta.
Setelah itu, Andra, Ari, Erwin, dan Wawan kembali ke Surabaya sementara
Dhani tetap di Jakarta untuk mencari label rekaman yang bersedia
mengorbitkan mereka. Dhani kemudian berkeliaran di penjuru kota Jakarta,
dari satu perusahaan rekaman satu ke perusahaan rekaman lain
menggunakan bus kota. Awalnya banyak perusahaan rekaman yang menolak
mereka karena menganggap lagu mereka kurang menjual. Akhirnya, master
rekaman Dewa 19 akhirnya dilirik oleh Jan Djuhana dari Team Records,
yang pernah sukses melejitkan KLa Project.
Pada tahun 1992, Dewa meluncurkan album pertamanya yang bertajuk Dewa
19. Di luar dugaan album perdana mereka meledak dan laris di pasaran,
sehingga Team Records yang notabene merupakan label kecil terpaksa
meminta Aquarius Musikindo untuk mengabil alih produksi album ini. Album
ini melahirkan singel berjudul "Kangen" dan "Kita Tidak Sedang Bercinta
Lagi" yang sukses mendapat tempat di hati pecinta musik Indonesia. Nama
Dewa 19 pun seketika melejit di blantika musik Indonesia. Melalui album
ini Dewa 19 berhasil menyabet 2 penghargaan di BASF Awards 1993,
masing-masing untuk kategori "Pendatang Baru Terbaik" dan "Album
Terlaris 1993".
Pada tahun 1994, Dewa 19 merilis album kedua mereka yang berjudul Format
Masa Depan. Di tengah penggarapan album ini, Wawan hengkang dari Dewa
19 dan kemudian digantikan sementara oleh pemain pembantu Rere (sekarang
drummer di ADA Band). Terhitung sejak 24 September 1994 Aquarius
Musikindo resmi menjadi label Dewa 19 menggantikan Team Records. Album
ini menelurkan singel berjudul "Aku Milikmu" dan "Tak Akan Ada Cinta
Yang Lain".
1995–1997: Terbaik Terbaik dan Pandawa Lima
Pada tahun 1995, Dewa merilis album bertajuk Terbaik Terbaik. Wong Aksan
kemudian bergabung dan menempati posisi drummer. Album ini memiliki
konsep musik pop rock yang dikembangkan dengan menambah unsur-unsur
jazz, folk, funk dan ballad. Banyak pengamat musik meyakini bahwa inilah
album terbaik yang pernah dibuat Dewa 19 yang mengukuhkan mereka
sebagai salah satu grup band besar terkreatif di Indonesia. Majalah
Rolling Stone edisi Desember 2007, menempatkan album ini di posisi 26
dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik".
Album ini melejitkan hit singel berjudul "Cukup Siti Nurbaya", "Satu
Hati (Kita Semestinya)" dan lagu ballad "Cinta 'Kan Membawamu Kembali".
Lewat album ini Dewa kembali meraih penghargaan BASF Awards untuk "Grup
Musik Rock Terbaik", "Grup/Duo Rekaman Terbaik" serta "Tata Musik
Rekaman Terbaik". Video klip "Cukup Siti Nurbaya" juga mendapat
penghargaan sebagai "Video Klip Terbaik" di ajang Video Musik Indonesia.
Album Terbaik Terbaik telah sukses terjual sebanyak 500.000 keping di
Indonesia. Sejak album ini pula Dewa 19 mulai menggunakan istilah
Baladewa untuk menyebut para penggemar fanatiknya.
Album keempat Dewa 19 yang berjudul Pandawa Lima dirilis pada tahun
1997. Melalui album ini, Dewa 19 sukses meraih 6 penghargaan di Anugerah
Musik Indonesia 1997, yaitu untuk "Lagu Alternatif Terbaik", "Lagu
Terbaik Umum", "Duo/Grup Alternatif Terbaik", "Album Rhythm & Blues
Terbaik" serta "Cover Album Terbaik". Album ini melahirkan sejumlah hits
di antaranya berjudul "Kirana" dan "Kamulah Satu-Satunya". Kedua lagu
ini berhasil memenangkan penghargaan Video Musik Indonesia sebagai
"Video Klip Favorit". Pandawa Lima telah sukses terjual lebih dari 800
ribu keping dan mendapat sertifikat 5x Platinum.
1998–1999: Ketergantungan narkoba dan perpecahan
Pada tanggal 4 Juni 1998, Wong Aksan resmi dikeluarkan dari Dewa 19
akibat permainannya yang terlalu kental dengan corak jazz. Ia digantikan
oleh Bimo Sulaksono (mantan anggota Netral). Tak lama kemudian Bimo
keluar dari grup ini dan bergabung dengan Bebi untuk membentuk grup
Romeo.
Dewa 19 juga menghadapi masalah akibat dua personilnya, Ari Lasso dan
Erwin Prasetya mengalami ketergantungan berat narkoba. Selain
menghancurkan kehidupan pribadi mereka, narkoba juga melumpuhkan seluruh
aktivitas Dewa 19. Berbagai tawaran manggung terpaksa ditolak dan
dibatalkan karena sering pada saat manggung, Ari tampil dengan kondisi
yang memprihatinkan. Album ke-5 Dewa 19 tidak pernah selesai digarap
akibat jadwal rekaman yang sering ditunda. Perlahan mulai timbul konflik
di tubuh Dewa 19.
Ari dan Erwin sempat diberi waktu istirahat beberapa bulan dan Dewa 19
divakumkan untuk sementara waktu. Erwin kemudian memutuskan untuk masuk
rehabilitasi dan pesantren untuk menghilangkan kebiasaan buruknya itu.
Setelah melewati waktu yang cukup lama Erwin berhasil sembuh. Sementara
Ari Lasso sama sekali tak ada tanda-tanda membaik, bahkan semakin
memburuk. Melihat kondisi Ari Lasso semakin mengkhawatirkan, dengan
terpaksa ia dikeluarkan dari posisi vokalis Dewa 19.
Pada tahun 1999, Dewa merilis album The Best of Dewa 19, yang berisi
karya-karya terbaiknya semasa Ari Lasso menjadi vokalis. Album ini
memuat dua lagu baru yaitu "Elang" dan "Persembahan dari Surga". Album
ini kembali meraih sukses meski tanpa sepotong promosi apapun. Setelah
perilisan album ini, Dewa 19 resmi hanya tinggal 2 orang personel saja.
Elfonda Mekel (Once) yang berkenalan dengan Dhani di tahun 1997,
direkrut menjadi vokalis baru Dewa 19 menggantikan Ari Lasso.
Sebelumnya, Once bersama Dhani dan Andra sempat menggarap rekaman untuk
film Kuldesak. Once kemudian juga mengajak temannya, Tyo Nugros
bergabung dengan Dewa 19 untuk mengisi posisi drummer yang kosong.
[sunting] 2000–2002: Puncak kesuksesan
Setelah sekian lama vakum dari blantika musik Indonesia, akhirnya pada
tanggal 30 April 2000, Dewa tampil secara perdana dengan formasi baru:
Ahmad Dhani (keyboard), Andra Ramadhan (gitar), Once (vokalis) dan Tyo
Nugros (drumer). Kali ini Dewa 19 hadir dengan nama "Dewa" saja, tanpa
embel-embel "19".
"Roman Picisan" (2000)
Singel pertama Dewa bersama vokalis baru Once. Lagu ini berhasil membawa
kembali Dewa menuju kesuksesan setelah beberapa tahun sebelumnya vakum
akibat berbagai masalah. Lagu ini berhasil meraih penghargaan "Lagu
Terbaik" di AMI Awards tahun 2000.
Pada tahun 2000, Dewa merilis album kelimanya bertajuk Bintang Lima.
Awalnya banyak yang pesimis dengan formasi Dewa saat itu. Namun
ternyata, album Bintang Lima justru meledak di pasaran, bahkan menjadi
album tersukses sepanjang karier Dewa. Dari 11 materi lagu di album
tersebut, 6 di antaranya manjadi lagu favorit anak-anak muda di seantero
tanah air. "Roman Picisan", "Dua Sejoli", "Risalah hati", "Separuh
Nafas", "Cemburu" dan "Lagu Cinta" adalah lagu-lagu yang banyak
direquest di radio-radio terkemuka di Indonesia. Dewa mengadakan tur di
36 kota untuk mempromosikan album ini sekaligus memperkenalkan formasi
baru mereka. Melalui album ini, Dewa menyabet 3 penghargaan AMI Awards
2000, yaitu "Penyanyi/Group Terbaik", "Lagu Terbaik" ("Roman Picisan")
dan "Album Terbaik". Bintang Lima sukses terjual lebih dari 1,7 juta
keping dan merupakan salah satu album terlaris di Indonesia. Total
penjualan album ini (asli dan bajakan) diperkirakan mencapai 9 juta
keping.
Erwin Prasetya yang telah sembuh total dari narkoba kembali bergabung
dengan Dewa. Album keenam Cintailah Cinta dirilis pada tanggal 5 April
2002. Album ini awalnya akan diberi judul Indera Ke-Enam, namun hanya
karena pertimbangan pasar, pihak label menggantinya menjadi Cintailah
Cinta. Album ini pun kembali mendulang sukses album Bintang Lima.
Sebelum resmi dirilis di pasaran album ini bahkan telah laris sebanyak
200.000 keping. Total penjualan album ini telah mencapai lebih 1,04 juta
keping. Pada ajang AMI Awards 2002, Dewa berhasil membawa 3 penghargaan
untuk kategori "Duo/Grup Pop Terbaik", "Lagu Terbaik" ("Arjuna") serta
"Cover album terbaik.
Di tengah kesuksesan yang diraihnya, Dewa tersandung masalah pelanggaran
hak cipta. Lagu berjudul "Arjuna Mencari Cinta" digugat oleh Yudhistira
ANM Massardi, selaku penulis novel dengan judul yang sama. Dewa
dianggap menciplak judul novel "Arjuna Mencari Cinta" tanpa konfirmasi
dengan si penulis. Meskipun awalnya sempat bersikukuh tidak bersalah,
Dewa akhirnya bersedia berdamai dengan mengganti judul lagunya menjadi
"Arjuna".
Pada tahun yang sama, Dewa merekam lagu berjudul "Juara Sejati" untuk
menjadi theme song resmi Piala Dunia 2002 di Indonesia, yang disiarkan
oleh RCTI. Meskipun awalnya bukan untuk tujuan komersil, lagu ini
kemudian dirilis dalam kompilasi bertajuk NU Rock.
Pada tanggal 1 Juli 2002, Erwin Prasetya kembali dikeluarkan dari Dewa
oleh pihak manajemen untuk selama-lamanya. Ia kemudian digantikan oleh
Yuke Sampurna, yang merupakan mantan basist The Groove.
2003–2006: Laskar Cinta, Republik Cinta dan upaya go international
Yuke Sampurna, mantan basist The Groove, bergabung bersama Dewa 19 di tahun 2002.
Dewa menggelar tur bertajuk "Atas Nama Cinta" di 25 kota di Indonesia,
yang dibuka dengan konser di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, 18
Februari 2003. Dalam tur ini, Dewa juga mengikutsertakan Ari Lasso,
mantan vokalis Dewa. Pada awal tahun 2004, Dewa merilis album live dobel
Atas Nama Cinta yang merupakan rekaman konser saat tur Atas Nama Cinta,
menampilkan lagu-lagu hits Dewa sejak tahun 1992 dalam versi konser.
Dewa juga merilis ulang The Best Of Dewa 19 dalam bentuk DVD berisi
Kelahiran & Perjalanan Dewa 19 serta 10 video klip, ditambah 1 CD
audio dan 1 buku sejarah dan perjalanan Dewa 19. Sejak dirilis di tahun
1999, album The Best of Dewa 19 sendiri telah terjual hampir 1 juta
keping.
Pada tahun 2004, Dewa kembali melakukan tur di 30 kota yang disponsori
Yamaha bertajuk "Yamaha Dewa Tour 2004 - Selalu Terdepan". Selepas
melakukan tur, bertempat di Avenue, Sari Pan Pacific Hotel, Dewa resmi
merilis album kedelapannya yang berjudul Laskar Cinta pada tanggal 22
November 2004. Di album ini Dewa menyuguhkan musik rock yang lebih keras
serta penggunaan musik sampling. Album ini melejitkan hits berjudul
"Pangeran Cinta", "Satu" dan "Cinta Gila". Nama Dewa kemudian
dikembalikan lagi menjadi "Dewa 19".
Masalah kembali menimpa Dewa 19, kali ini dengan Front Pembela Islam
(FPI) menyangkut sampul album Laskar Cinta yang memuat logo seperti
kaligrafi Allah. Perseteruan ini sempat berbuntut pada pelaporan Dewa 19
ke polisi oleh FPI. Setelah saling melempar komentar-komentar panas di
media, akhirnya pada tanggal 27 April 2005, Dewa 19 dan pengacaranya
Habib Umar Husein SH menggelar jumpa pers, untuk mengumumkan itikad mau
merubah logo dalam sampul album "Laskar Cinta". Perubahan logo ini
dilakukan oleh Tepan Cobain dari tim kreatif Dewa dengan berkonsultasi
pada ahli kaligrafi Al Qur'an, Didin Sirajuddin AR. Menyangkut perubahan
logo, Dewa 19 juga mencetak ulang cover album Laskar Cinta. Dalam cetak
ulang cover album itu, selain ada perubahan logo, juga ada perubahan di
gambar personel Dewa yang sebelumnya terlihat memakai tato dihilangkan,
sesuai saran dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sepanjang tahun 2003 hingga 2005, Dewa telah beberapa kali di undang
untuk mengadakan konser di kancah internasional. Pada tanggal 13-15
Agustus 2003, Dewa mengadakan 2 buah konser di Jepang, masing-masing di
Tokyo dan Nagoya. Pada tahun 2004, Dewa mengadakan konser di Korea
Selatan, lalu kemudian ke Amerika Serikat untuk menggelar konser di
Boston, Houston, San Fransisco dan Seattle. Pada tanggal 7 Mei 2004 Dewa
juga mendapat undangan untuk mengadakan konser di Timor Leste dalam
rangka Hari Kemerdekaan negara tersebut. Pada tanggal 15 Mei 2004,
konser Dewa 19 digelar di Municipal Stadium, Dili dan disambut oleh
50.000 penonton. Angka tersebut merupakan jumlah penonton terbesar Dewa
selama manggung di luar negeri. Keesokan harinya, saat hendak kemballi
ke Indonesia, personil Dewa didatangi oleh presiden Xanana Gusmao di
koridor Aeroporto Internacional Presidente Nicolau Lobato. Pada Maret
2005, Dewa menggelar konser di kota Sydney dan Melbourne, Australia.
Dewa 19 juga mengadakan konser di Singapura seusai menerima penghargaan
khas dari Anugerah Planet Muzik 2005 sebagai "The Most Genius Band".
Dewa mulai serius menjajaki pasar internasional dengan ditanda
tanganinya kontrak untuk 3 album dengan EMI Music International Hong
Kong yang berlaku per 1 Januari 2006. Dewa 19 kemudian mengeluarkan
album bertajuk Republik Cinta pada awal tahun 2006 dalam 2 versi, yakni
untuk pasar Indonesia dan pasar internasional. Sebelum merilis album
ini, pada tanggal 12 Desember 2005, Dewa dan EMI telah melempar singel
berjudul "Laskar Cinta" di 150 radio di Indonesia. "Laskar Cinta"
sendiri mengangkat isu terorisme dan kekerasan. terinspirasi oleh
perseteruan Dewa dengan FPI beberapa waktu sebelumnya. Tulisan KH
Abdurrahman Wahid di The New York Times, koran terkemuka di Amerika
Serikat, telah mengantarkan nama Dewa 19 ke negara tersebut. Dewa
mendapatkan penghargaan LibForAll Award di Amerika Serikat atas lagu
"Warriors of Love" (versi bahasa Inggris "Laskar Cinta") yang dinilai
menyerukan perdamaian dan toleransi beragama. Penghargaan ini diserahkan
langsung oleh CEO LibForAll Foundation, Holland Taylor, di New York,
Amerika Serikat.
Dewa 19 menghabiskan biaya lebih dari setengah milyar untuk menggarap 11
video klip di album ini. Dewa 19 kemudian merilis VCD dan DVD Karaoke
dari album Republik Cinta. Dewa juga membuat video klip "I Want to Break
Free" untuk keperluan internasional. Video dari lagu milik band
legendaris Queen ini juga diputar oleh jaringan Hard Rock Cafe di
seluruh dunia, guna memperlebar kesempatan Dewa dikenal dunia.
Meskipun karier internasional mereka tidak kunjung terwujud, album
Republik Cinta berhasil membuahkan penghargaan di AMI Awards 2006. Dewa
19 berhasil meraih penghargaan "Grup Rock Terbaik" dan "Album Terbaik".
Tidak hanya itu, vokalis Dewa, Once juga meraih penghargaan sebagai
"Penyanyi Solo Pria Terbaik" melalui proyek solonya. Album Republik
Cinta sendiri terjual sebanyak 450 ribu keping selama 3,5 minggu. Pada
bulan Maret 2006, album ini juga meraih sertifikat platinum di Malaysia.
Pada tahun ini, Dewa juga dinobatkan sebagai "Duta Surabaya" atas
kesuksesan dan prestasi mereka sebagai grup musik yang berasal dari
Surabaya.
2007–sekarang: Kerajaan Cinta dan karier solo
Tyo Nugros keluar dari formasi Dewa 19 pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, Dewa merilis album berjudul Kerajaan Cinta. Album ini
memuat 2 buah lagu baru yaitu "Dewi" dan "Mati Aku Mati", sementara
selebihnya merupakan lagu-lagu di album Republik Cinta dan lagu-lagu
lama Dewa yang diremix atau direkam ulang. Lagu "Mati Aku Mati" diangkat
untuk menjadi soundtrack film arahan Hanung Bramantyo, Kamulah
Satu-Satunya, yang dibintangi oleh Nirina Zubir. Filmnya sendiri
bercerita tentang pengorbanan dan kenekatan seorang penggemar fanatik
Dewa 19. Pada tahun ini, Dewa 19 kembali harus kehilangan salah seorang
personelnya, Tyo Nugros. Tyo keluar setelah sebelumnya ia sempat vakum
dari kegiatan Dewa akibat menderita sakit pada kakinya yang
mengharuskannya tidak bisa main drum untuk jangka waktu lama. Posisi
drummer kemudian diberikan kepada Agung Yudha.
Dewa 19 menggelar konser besar-besaran di lima kota di Malaysia, yaitu:
Kota Kinabalu, Kuching, Johor Bahru, Penang dan Kuala Lumpur selama
bulan Desember 2007. Dewa kemudian melakukan konser di Stadion Negara,
Kuala Lumpur. Dewa 19 mencetak sejarah musik di Malaysia dimana sebuah
grup musik melakukan konser di lima kota besar di Malaysia dalam
sebulan. Pada konser ini Dewa 19 menggandeng sejumlah penyanyi papan
atas Malaysia di antaranya Ella dan Sheila Majid. Dewa juga membuatkan
lagu khusus penggemarnya di Malaysia berjudul "Cintaku Tertinggal di
Malaysia". Selain itu, Dewa 19 terpilih menjadi ikon dari Celcom Bhd,
salah satu perusahaan telekomunikasi raksasa Malaysia.
Pada tahun 2008, Dewa 19 masuk ke dalam daftar "The Immortals: 25 Artis
Indonesia Terbesar Sepanjang Masa" oleh majalah Rolling Stone. Dewa
diakui sebagai salah satu legenda atau ikon terbesar dalam sejarah musik
populer Indonesia. Setelah cukup lama vakum, Dewa merilis singel
berjudul "Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia". Singel ini
dimuat dalam alum kompilasi The Best Of Republik Cinta Artists Vol. 1.
Pengerjaan album kesempuluh Dewa mengalami kesulitan akibat
masing-masing personel sibuk dengan karier solonya. Pada tahun 2009,
Dewa 19 kembali merilis sebuah singel berjudul "Bukan Cinta Manusia
Biasa" ciptaan Bebi Romeo.
Proyek sampingan
Sejak merilis albumnya yang terakhir Kerajaan Cinta di tahun 2007, para
personel Dewa 19 mulai berkonsentrasi pada proyek solonya masing-masing.
Andra Ramadhan membentuk grup band Andra & The Backbone pada tahun
2006, bersama Stevie Item dan Dedy Lisan. Album pertama grup ini dirilis
di tahun 2007, dengan melejitkan sejumlah hit seperti "Musnah" dan
"Sempurna". Pada tahun 2007, Ahmad Dhani mulai mengembangkan manajemen
Dewa 19 menjadi Republik Cinta Management. Melalui manajemen ini, Dhani
berhasil melahirkan beberapa artis terkenal, diantaranya Dewi Dewi,
Mulan Jameela, dan The Virgin. Dhani kemudian juga membentuk grup musik
The Rock dan menjadi vokalisnya. Vokalis Dewa 19, Elfonda Mekel, juga
mengembangkan kariernya sebagai penyanyi solo dengan merekam singel
untuk soundtrack film Dealova di tahun 2005, kemudian disusul singel "Ku
Cinta Kau Apa Adanya" di tahun 2007. Pada tahun 2009, Yuke Sampurna
menyusul rekan-rekannya dengan membentuk grup band Number One dan The
Chemistry.
Album studio
* 1992: Dewa 19
* 1994: Format Masa Depan
* 1995: Terbaik Terbaik
* 1997: Pandawa Lima
* 2000: Bintang Lima
* 2002: Cintailah Cinta
* 2004: Laskar Cinta
* 2006: Republik Cinta
* 2007: Kerajaan Cinta
Album kompilasi
* 1999: The Best Of Dewa 19
* 2008: The Best Of Republik Cinta Artists Vol. 1
* 2009: The Best Of Republik Cinta Artists Vol. 2
Album live
* 2004: Atas Nama Cinta I & II
* 2005: Dewa Live in Japan (Limited Edition)
Penghargaan
Sepanjang perjalanan kariernya, Dewa 19 telah menerima banyak
penghargaan. Grup ini telah tercatat beberapa kali memperoleh
penghargaan BASF Awards maupun AMI Awards. Dewa 19 juga menerima
sejumlah penghargaan dari luar negeri, diantaranya 2 kali memenangkan
Anugerah Planet Muzik, LibForAll Award dari LibForAll Foundation,
Amerika Serikat serta penghargaan Moonman Award dari MTV Southeast Asia
Viewer's Choice.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar